Prof. HEMBING WIJAYAKUSUMA (1940-2011)
Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia merupakan negeri yang kaya dengan sumber daya alam atau mega biodiversity. Setiap tanaman bisa dijadikan obat ataupun suplemen yang memiliki efek menyembuhkan dan menguatkan bagi manusia. Tanaman yang tidak terdapat di negara lain, ada di Indonesia.
Kekayaan alam Indonesia inilah yang menginspirasi Prof. Hembing Wijayakusuma untuk mendalami seluk beluk khasiat tanaman agar hidup menjadi lebih sehat. Itulah sebabnya Hembing dikenal juga sebagai Suhu pengobatan tradisional lewat acara bertajuk "Hidup Sehat Cara Hembing" di layar kaca pada tahun 1990-an.
Sebagai pakar pengobatan tradisional dan akupunktur, ia telah banyak mengantar pasiennya menuju kesembuhan berkat obat-obatan alami ramuannya. Penerima The Star of Asia Award ini juga banyak menulis tentang kesehatan, akupunktur, chikung, obat tradisional, dan tanaman obat-obatan.
Hembing Wijayakusuma lahir di sebuah rumah kontrakan sederhana yang terletak di Jalan Serdang Gang Sado, Medan, pada 10 Maret 1940. Pada masa kecil, ia sering sakit-sakitan dan dianggap tidak memiliki harapan hidup lagi. Keadaan semakin bertambah buruk dengan kehidupan keluarganya yang pas-pasan. Oleh sebab itu, atas inisiatif sang nenek, Hembing pun "dibuang" alias diberikan kepada orang lain.
Untungnya ibunda Hembing, Kuan Lie Thau segera "meminta" kembali putranya itu. Dan untuk menebus kesalahannya, sang nenek yang ahli pengobatan tradisional di Medan, akhirnya menurunkan semua ilmunya kepada Hembing. Hembing sangat antusias menimba ilmu dari neneknya dan ia belajar dengan tekun. Hingga pada akhirnya, warisan dari sang neneklah yang menentukan jalan hidupnya.
Mengutip dari Wikipedia Indonesia dan Tokoh Indonesia, sejak kecil, anak keenam dari sebelas bersaudara ini memang sudah tertarik pada dunia pengobatan. Suatu ketika, Hembing kecil mencoba "menganalisis" komposisi balsam atau obat gosok, kemudian mencoba meramu balsam sendiri dengan bahan-bahan yang terdapat di dapur ibunya. Ketika ayahnya (HS. Chong), yang merupakan seorang penjahit mengeluh pusing, Hembing memberi balsam buatannya dan ternyata sembuh.
Saat usianya baru genap 15 tahun, ia sudah mahir mengobati orang. Dalam memberikan pengobatan, ia tak pernah memilih pasien. Siapa saja bisa datang dan berobat kepadanya. Hal ini diakuinya berkat ajaran sang ayah dan agama Islam yang dianutnya. Kadang, ia juga tak segan menyelipkan pesan-pesan agama dalam pengobatannya atau berceramah soal pengobatan dalam kegiatan agama.
Hembing mengaku sejak kecil sudah terbiasa dengan ajaran Islam. Begitu pula dalam pergaulan sehari-hari, ia tak pernah memilih kawan, ia tak sungkan menjalin kedekatan dengan masyarakat kelas bawah.
Bahkan ia pernah mendapat julukan Kaipang Pangcu atau ketua persatuan gelandangan dan pengemis. Hembing menempuh pendidikan dari tingkat SD hingga SMA di kota kelahirannya Medan. Setelah tamat SMA pada tahun 1958, ia menuntut ilmu pengobatan tusuk jarum di Chinese Medical Institute-Chinese Pharmacology and Acupuncture, Hong Kong dan lulus tahun 1970. Berkat ketekunannya, suami dari Lilian Kusumawati (alm.) ini dikukuhkan sebagai guru besar bidang pengobatan Timur pada Universitas WongKwang, Korea Selatan, pada 28 Februari 1976.
Dua tahun berselang, Hembing hijrah ke Jakarta. Di ibu kota ia mendirikan Klinik Akupunktur Wijayakusuma di bilangan Jalan KS Tubun Jakarta Pusat. Di ruang praktiknya, Hembing menerima puluhan pasien setiap hari kerja. Ia semakin dikenal setelah memandu sebuah acara yang tayang setiap akhir pekan, bertajuk "Hidup Sehat Cara Hembing" di mana ia memuat resep dan tips pengobatan menggunakan obat-obatan herbal yang selama puluhan tahun dipelajarinya.
Ia juga merupakan penulis buku kesehatan yang produktif. Sedikitnya 70-an judul buku berhasil ditulisnya, di antaranya Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit, Penyembuhan Dengan Terung, Penyembuhan Dengan Labu Parang, 10 Menit Menuju Sehat dengan Terapi Refleksi Telapak Tangan, Psikoterapi Anak Autis, Teknik Bermain Kreatif non Verbal dan Verbal, Cantik Cara Hembing, serta 10 Menit Menuju Sehat dengan Terapi Tulang Belakang, dll. Hembing juga menghasilkan buku di luar dunia kesehatan terutama yang berbau sejarah, seperti Muslim Tionghoa Cheng Ho Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, dan Pembantaian Massal 1740.
Tak hanya di dalam negeri, ia pun aktif di luar negeri. Ini terbukti dengan dia pernah berkarier sebagai penasihat pada Chinese Medical Institute-Chinese Pharmacology and Acupuncture Hongkong (1975), penasihat konsultan pada The Journal of Tokyo Pain Control Institute Jakarta (1975), Wakil Presiden pada World Academy Society of Acupuncture Korea Selatan (1975), Guru Besar Wongkwang University Korea Selatan (1976), penasehat pada Acupuncture Association of Quebec Kanada (1977), penasihat pada Societe Italiana di Agopunctura Italia (1977), dan Guru Besar di Dongshin University Korea Selatan (1995).
Tak hanya di dalam negeri, ia pun aktif di luar negeri. Ini terbukti dengan dia pernah berkarier sebagai penasihat pada Chinese Medical Institute-Chinese Pharmacology and Acupuncture Hongkong (1975), penasihat konsultan pada The Journal of Tokyo Pain Control Institute Jakarta (1975), Wakil Presiden pada World Academy Society of Acupuncture Korea Selatan (1975), Guru Besar Wongkwang University Korea Selatan (1976), penasehat pada Acupuncture Association of Quebec Kanada (1977), penasihat pada Societe Italiana di Agopunctura Italia (1977), dan Guru Besar di Dongshin University Korea Selatan (1995).
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengobat Tradisional dan Akupunktur Indonesia (Hiptri) itu mengatakan, dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam atau herbal di dunia semakin meningkat. Hal itu dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, serta perkembangan pola penyakit.
Hembing mengutip data WHO bahwa sekitar 80 persen penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional bersumber dari ekstrak tumbuhan. Peningkatan kebutuhan obat herbal itu merupakan peluang besar bagi Indonesia dalam pengembangan budi daya dan agri.
Penerima penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini tutup usia pada tanggal 8 Agustus 2011 di usianya yang ke-71. Almarhum meninggalkan seorang putri, Valencia Wijayakusuma dan dua Putera, Ipong Wijayakusuma dan Mochtar Wijayakusuma. *** [EKA | DARI BERBAGAI SUMBER | ID WIKIPEDIA | TOKOH INDONESIA | FEBY SYARIFAH | PIKIRAN RAKYAT 26092013]
No comments:
Post a Comment